Jakarta, 15/02/2022 Kemenkeu – Hilirisasi menjadi bagian dari upaya pengembangan industri manufaktur dengan menciptakan struktur industri yang kuat dan bernilai tambah tinggi. Hilirisasi juga dapat memperkuat keterkaitan domestik dengan industri pendukung dari daerah lainnya yang mendorong pembangunan yang semakin inklusif.

“Hal tersebut akan mendorong peningkatan ekspor bernilai tambah tinggi dan terintegrasi dengan global value chain sekaligus mengurangi impor,” ujar Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo dalam seminar side event 2nd Finance and Central Bank Deputies Meeting (FCBD) dan 1st Finance Ministers and Central Bank Governors Meetings (FMCBG) G20 pada Senin (14/02).

Dalam seminar bertajuk “Recover Stronger: Shifting Toward Higher Value-Added Industries”, Dody menyampaikan bahwa Bank Indonesia berkomitmen mendukung program pemerintah pada pengembangan sektor manufaktur Indonesia dan pengembangan industri hilir. Pertumbuhan ekonomi yang solid dan berkelanjutan menjadi syarat utama bagi Indonesia untuk bertransformasi menuju perekonomian yang maju.

“Ini membutuhkan dukungan dari struktur transaksi berjalan yang sehat, yang didukung oleh sektor manufaktur yang kuat,” kata Dody.

Di tengah potensi hilirisasi yang dimiliki, terdapat berbagai tantangan yang harus dihadapi, baik dampak hilirisasi kepada perekonomian yang perlu diperluas, maupun tantangan terkait faktor produksi, serta regulasi dalam hal implementasi industri hijau.

“Tantangan ini dari sisi pembiayaan hijau, implementasi teknologi rendah karbon, serta bantuan teknis dan pelatihan yang diperlukan,” kata Staf Ahli Menteri Perindustrian Bidang Penguatan Kemampuan Industri Dalam Negeri Ignatius Warsito.

Di sisi lain, Senior Economist Asian Development Bank Henry Ma menyampaikan pentingnya peningkatan kompleksitas produk ekspor, dukungan pemerintah yang diperlukan untuk iklim investasi, serta keterlibatan sektor swasta dan mendiskusikan insentif yang diperlukan.

Sebagai informasi, seminar ini menghadirkan pembicara dari Bank Indonesia, Kementerian Perindustrian, Asian Development Bank, dan PT. Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP). Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya hilirisasi sumber daya mineral, membahas potensi dan tantangan yang muncul, serta merumuskan rekomendasi kebijakan. (BI/dep/nug)