Aktivitas pekerja di pabrik baru mesin cuci Sharp di Karawang, Jawa Barat. Foto: Resya Firmansyah/kumparan

Realisasi penerimaan pajak industri pengolahan atau manufaktur mencatat pertumbuhan tertinggi. Di akhir Mei 2021, pajak dari industri manufaktur ini tumbuh 42,24 persen, lebih tinggi dari April 2021 yang tumbuh 10,17 persen.
Bahkan jika diakumulasi sejak Januari-Mei 2021, penerimaan pajak manufaktur tumbuh 5,31 persen, melesat dari periode yang sama tahun lalu yang minus 6,81 persen.
Realisasi penerimaan industri manufaktur itu merupakan yang tertinggi dibandingkan sektor lainnya, seperti perdagangan serta jasa komunikasi dan informasi.
“Secara bruto, seluruh sektor utama mengalami pertumbuhan, bahkan delapan sektor mampu tumbuh double digit, seiring dengan pemulihan ekonomi dan meningkatnya konsumsi masyarakat,” tulis laporan APBN Kita edisi Juni 2021, Kamis (24/6).
Penerimaan yang tumbuh tinggi itu seiring dengan pertumbuhan ekspor manufaktur yang juga membaik.
Selama Januari-Mei 2021, nilai ekspor industri pengolahan mencapai USD 66,70 miliar, naik 30,53 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar USD 51,10 miliar.
Industri pengolahan bahkan memberikan kontribusi paling tinggi di antara ekspor lainnya, yakni 79,42 persen dari total ekspor nasional yang berada di angka USD 83,99 miliar.
Kinerja yang positif itu membuat pelaku usaha semakin optimistis untuk berekspansi bisnis. Direktur Operasional PT Selaras Citra Nusantara Perkasa Tbk (SCNP), Shirly Effendy menuturkan bahwa pihaknya mendiversifikasikan produk untuk memacu pertumbuhan bisnis, salah satunya dengan merambah dunia medical equipment atau alat kesehatan.
“Kami memulai produksi massal NIVA (Non Invasive Vascular Analyzer) dan memproduksi massal Turbo Air Purifier. Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah yang melarang impor 79 jenis produk alat kesehatan demi tujuan meningkatkan alat kesehatan produksi dalam negeri, dengan nilai TKDN di atas 40 persen,” jelas Sherly kepada kumparan.
Mengutip keterangan perusahaan, NIVA adalah alat yang dapat digunakan untuk mendeteksi dini penyakit jantung atau kardiovaskular, yang bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB).
NIVA adalah alat non invasive, yang menggunakan sensor PPG (photoplethysmography) dan sensor tekanan darah untuk menganalisa pembuluh darah yang ada di tubuh manusia. Perusahaan akan merilis NIVA pada tahun ini, dan saat ini sedang dalam tahap finalisasi.
“Kami akan fokus berproduksi pada pasar dalam negeri, tetapi tidak menutup kemungkinan akan merambah pasar ekspor di AS, seperti vacuum cleaner Bissell,” jelasnya.
Sepanjang tahun lalu hingga kuartal I 2021, Sherly mengatakan, perseroan melakukan pengembangan infrastruktur dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi perseroan dan subsidiari, termasuk ekspor untuk memenuhi tuntutan permintaan pasar perangkat home appliances tersebut ke AS. Menurutnya, ekspor ke AS merupakan kontribusi nyata bagi perekonomian Indonesia dengan menambah devisa bagi negara.
“Kami optimistis perekonomian akan kembali pulih secara bertahap. Dengan adanya dukungan nyata dari pemerintah, proses pemulihan ekonomi dan industri domestik tentunya akan berlangsung lebih cepat,” tambahnya.
Secara keseluruhan, penerimaan pajak hingga akhir Mei 2021 ini mencapai Rp 459,6 triliun atau tumbuh 3,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Realisasi pajak yang tumbuh positif ini merupakan pertama kalinya sejak selama pandemi COVID-19 setahun terakhir.
Adapun di akhir April 2021, penerimaan pajak masih minus 0,5 persen. Bahkan di Mei 2020, penerimaan pajak minus hingga 10,8 persen. Realisasi penerimaan pajak itu mencapai 37,4 persen dari target yang ditetapkan pemerintah hingga akhir tahun ini sebesar Rp 1.229,6 triliun.
“Untuk pajak mulai positif, ini sangat baik karena ini proses pemulihan dan peningkatan pajak ini harus berjalan alamiah, sejalan dengan insentif yang terus kita berikan ke perekonomian,” ujar Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara saat konferensi pers APBN Kita, Senin (21/6).